Dilaksanakan Setiap Hari senin

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Setiap Hari Sabtu

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Setiap Hari Jum'at Pagi

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Setiap Hari Jum'at Siang Dengan Peserta Didik Khusus Perempuan

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Oleh Guru, Orang Tua (Komite), Juga siswa

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Oleh Guru kepada siswa

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dilaksanakan Oleh Guru dan siswa bersama warga sekitar sebagai tanda makhluk sosial

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Pelaksanaan perlombaan dan Olimpiade Oleh Siswa

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Dengan motivasi dan dorongan yang maksimal, siswa mampu tumbuh dengan prestasinya

Bersatu Kita Teguh, Bersama Kita Berjuang, Untuk Tujuan Visi dan Misi Yang Sama, Mencetak Generasi Yang Cerdas dan Berakhlaq Mulia.

Selasa, 28 Juli 2020

ADAFTASI KEBIASAAN BARU



ADAFTASI KEBIASAAN BARU DISAAT PEMBELAJARAN TATAP MUKA KEMBALI DILAKSANAKAN


Berbagai respons yang diberikan masyarakat mengenai pemberitaan ini, ada yang merasa cemas, khawatir, sedih, marah ada juga yang merespon dengan perasaan tenang dan percaya diri.

Covid-19 berhasil mengubah kebiasaan kita sehari-hari mulai dari belajar, bekerja, beribadah dan kegiatan lainnya, yang mengharuskan kita untuk melakukannya dari rumah. Seakan semua kegiatan kita dibatasi, menjadi tidak produktif dan berimbas pada munculnya permasalahan ekonomi, kesehatan, diberbagai daerah maupun negara.

Salah satu kebiasaan yang berubah saat masa pandemi Covid-19 adalah proses belajar mengajar, yang tadinya dilakukan secara langsung ataupun tatap muka, sekarang semua dilakukan dengan sistem daring atau online dari rumah.

Kini kita dihadapkan pada era Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Yaitu masa ketika kita bisa melakukan aktivitas seperti biasanya, namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Seperti halnya dalam bekerja, beribadah, dan proses belajar mengajar.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah mengeluarkan panduan penyelenggaraan pembelajaran tahun ajaran dan tahun akademik baru di masa pandemi Covid-19, yang dibagi menadi 3 tahapan dan tahap pertama dimulai dari jenjang sekolah menengah atas.

Kembali belajar disekolah pada masa adaptasi kebiasaan baru, menjadi problematika baru terutama pada orang tua wali/siswa. Ada yang tidak menyetujui dengan alasan rasa kekhawatiran saat anaknya berada di lingkungan sekolah tanpa pengawasan penuh dari pihak sekolah. Ada juga yang menyetujui hal ini jika selama proses belajar mengajar protokol kesehatan diterapkan dengan benar.


Satriawan Salim, Wakil Ketua Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) menilai rencana pembukaan sekolah untuk kegiatan belajar mengajar di masa adaptasi kebiasaan baru, harus memperhatikan banyak hal, terutama protokol kesehatan yang ketat demi kepentingan keselamatan siswa, guru, maupun staf sekolah. Menurutnya ada empat hal yang mesti diperhatikan.

Pertama, regulasi terkait pembukaan sekolah, metode pembelajaran, pengaturan kelas, dan protokol kesehatan di sekolah.

Kedua, terkait anggaran. Pemerintah pusat dan daerah juga mesti menyiapkan anggaran terkait pelaksanaan protokol kesehatan pencegahan penularan Covid-19 di sekolah.

Ketiga, terkait infrastuktur dan penanggung jawab serta sumber anggaran. Infrastuktur di sini adalah penunjang kebersihan dan kesehatan disekolah seperti alat pelindung dasar, tempat cuci tangan, hand sanitizer, masker dan lainnya.

Keempat, kesiapan dari SDM yaitu gurunya, harus paham bagaimana pengelolaan proses belajar mengajar di masa pandemi, misalnya melalui pelatihan. Hal ini diperlukan demi kesamaan pandangan antara guru, siswa, maupun orang tua.

Jika semua pihak dapat bekerjasama, tentu hal ini bisa saja terwujud. Meskipun tentunya akan ada perbedaan penerapan antara sekolah yang berada di zona hijau dengan yang berada di zona merah.

Merujuk pada Surat Edaran Mendikbud No.4 Tahun 2020, belajar dari rumah dapat di fokuskan pada Pendidikan kecakapan hidup, seperti bagaiana cara menghadapi pandemi Covid-19. Selain itu, aktivitas dan tugas pembelajaran belajar dari rumah dapat bervariasi, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses atau fasilitas belajar dirumah, karena tentu tidak semua siswa memiliki fasilitas penunjang pembelajaran yang sama.

Berdasarkan info dari wartakotalive.com saat ini sekolah yang menerapkan pemberlajaran dari rumah sekitar 97,6%. Sementara sisanya tidak melaksanakan Belajar Dari Rumah (BDR) karena tidak memiliki perangkat pendukung. Sekitar 2,4% yang tidak melaksanakan belajar dari rumah adalah sekolah yang berada di daerah khusus pedalaman, bukan daerah terjangkit Covid-19

Melihat pada pemberitaan sekarang, banyak anak-anak yang juga sudah merindukan suasana belajar disekolah.

Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi juga mengatakan, banyak anak rindu kembali ke sekolah karena merasa stres dan tertekan dengan cara pembelajaran orang tua di rumah.

Dalam hal ini orang tua di tuntut untuk bisa kreatif dalam memberikan pembelajaran, mendampingi saat anak belajar menggunakan gawai, dan juga tidak terlalu menuntut anak terlalu keras dalam belajar.

Belajar di rumah, maupun belajar di sekolah tentu keduanya memiliki kekurangan dan kelebihan. Sebagai orang tua, kita bisa menyikapinya dengan pemikiran positif. Saat anak sekolah seperti biasapun tetap saja pendidikan di sekolah tidak akan cukup, maka ketika anak sudah di rumah, kita juga harus tetap memberikan perhatian pada apa yang sudah anak pelajari disekolah.

Akan ada proses pembelajaran yang efektif apabila ada kerja sama antara orang tua dan guru. Orang tua bisa mengonsultasikan bagaimana cara pembelajaran yang efektif kepada guru di sekolah, dan gurupun bisa tahu seperti apa keseharian anak didiknya dari orang tua. Sehinga guru maupun orang tua akan mampu menciptakan cara pembelajaran yang bisa di terima oleh anak.

Setiap anak pasti memiliki potensi, maka dalam hal ini orang tua maupun guru di tuntut untuk bisa kreatif dan harus mempercayai bahwa proses belajar mengajar dapat dilakukan dengan cara apapun, tinggal bagaimana kita mengasah, mengeluarkan kemampuan anak dan memfasilitasi anak dalam hal pembelajaran. Sehingga mampu menciptakan suasana pembelajaran baru yang membuat anak mampu mengembangkan potensinya melalui cara pembelajaran yang efektif dan menyenangkan.

Jadi apakah sudah siap kembali belajar di sekolah ? Semua ini tentu tidak bisa terealisasi tanpa adanya kerjasama dari semua pihak. Jika memang kedepannya proses belajar mengajar di sekolah akan kembali seperti biasa, maka baik pemerintah maupun pihak sekolah harus bisa meyakinkan semua pihak terutama orang tua siswa, bahwa bersekolah di masa adaptasi kebiasaan baru seperti sekarang bisa saja dilakukan dengan juga tetap menerapkan protokol kesehatan yang baik dan benar sehingga aman bagi siswa maupun semua pihak yang terkait.